Turis biasanya berkunjung ke Yogyakarta untuk melihat Borobudur, candi Buddha terbesar di dunia. Candi yang dibangun pada abad ke-9 ini diperuntukkan bagi Sang Buddha dan menjadi tempat ziarah umat Buddha. Setelah terdaftar di Cagar Warisan Budaya Dunia UNESCO, Borobudur menjadi objek wisata yang paling banyak dikunjungi di Indonesia. Candi ini juga tidak pernah luput menjadi salah satu tujuan darma wisata anak-anak sekolah di Indonesia, dan dengan cara inilah saya pertama kali mengunjungi Borobudur. Tetapi setelah lima kali berkunjung, saya tetap dibuat kagum!
Untuk memberikan gambaran besarnya candi ini, pondasinya berbentuk persegi yang tiap sisinya membentang sepanjang 118 meter. Terdapat sembilan tingkat, enam terbawah berbentuk persegi dengan tembok dan langkannya yang berhias 2.670 pahatan timbul individual, yang meliputi area permukaan seluas 2.500 meter persegi.
Tiga tingkat teratasnya berbentuk lingkaran dan memiliki 72 stupa, yang masing-masing menaungi satu arca Buddha di dalamnya. Jika dilihat dari atas, candi ini berbentuk mandala tantra Buddha, yang mencerminkan kosmologi dalam Buddhisme dan sifat pikiran manusia. Anda disarankan untuk menyewa pemandu wisata yang berpengalaman dan dapat menjelaskan sejarah, seni arsitektur dan cerita relief candi ini. Relief yang paling penting berada di trap kedua, yang menceritakan kehidupan Pangeran Siddhartha dan kelahiran Buddha.
Turis asing biasanya diberikan penawaran paket “Matahari Terbit Borobudur”, yang berarti mengunjungi candi sekitar pukul 04.00, dan diikuti dengan sarapan prasmanan. Pemandangan matahari terbit dari Borobudur seharsunya mengagumkan, tetapi sebenarnya kesempatan melihat pemandangan ini sangat kecil. Jika Anda ingin menghindari terik panas matahari, Anda dapat datang awal di pagi hari, karena loket dibuka pada pukul 06.00. Saya pribadi berpendapat bahwa keindahan situs arkeologi ini pantas dinikmati kapan saja.
Login to ensure your favourites will be saved even
if you clear your browser's cache.